
Jafar, Sekretaris Kelompok Nelayan Desa Sambiki sekaligus korban dalam insiden ini, kini terpaksa menghentikan aktivitas melautnya. Kehilangan armada pencari nafkah membuatnya harus mengandalkan bantuan sesama nelayan. Dalam semangat solidaritas, komunitas nelayan setempat berinisiatif menggalang dana untuk memperbaiki kapal Jafar agar ia dapat kembali melaut.
"Kami sudah sepakat untuk patungan memperbaiki armada Pak Jafar," ujar Koordinator Nelayan Obi, Jumran, Rabu (29/1/2025).
Namun, upaya gotong royong ini dinilai belum cukup. Para nelayan mendesak adanya perhatian nyata dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Halmahera Selatan.
"Kami berharap ada pemerataan dalam perhatian terhadap nelayan. DKP harus lebih adil dan bijak dalam melihat persoalan ini," lanjut Jumran.
Nada serupa disampaikan oleh Pembina Nelayan Tanjung Desa Sambiki. Menurutnya, kejadian ini seharusnya menjadi alarm bagi Pemkab Halmahera Selatan dan DPRD untuk lebih serius dalam menangani kesejahteraan nelayan.
"Jika musibah seperti ini terus dibiarkan tanpa respons, nelayan akan semakin sulit bertahan. Kami meminta pemerintah dan DPRD hadir dengan solusi konkret," tegasnya.
Musibah serupa bukan kali pertama terjadi. Pada Desember 2024 lalu, nelayan Lamudi La Kongko mengalami kejadian serupa. Mesin ketinting 9 PK miliknya beserta seluruh alat tangkap hangus terbakar, namun hingga kini tak ada respons dari DKP Halmahera Selatan.
Dengan kondisi ini, para nelayan berharap DKP Halsel dapat mengambil tindakan konkret agar kejadian serupa tidak terus berulang. Dukungan yang lebih nyata, baik dalam bentuk bantuan darurat maupun kebijakan yang lebih berpihak pada nelayan, menjadi harapan utama bagi komunitas nelayan di Obi, khususnya di Desa Sambiki.
Penulis Irwan Abubakar
Editor Redaksi MakianoPost