
Proyek ini diduga dilaksanakan oleh PT Sama Prima Jaya, dengan sumber anggaran dari APBN 2022, melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Maluku Utara, di bawah koordinasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Namun kenyataan di lapangan, hasil pekerjaan jauh dari kata memuaskan.
Baru beberapa bulan setelah selesai, jalan sudah retak-retak. Kalau hujan, permukaannya jadi licin dan berbahaya. Lubang-lubang besar muncul seperti kolam. Ini jalan nasional atau kubangan ternak?” keluh Pak Amon, warga Matutin, Senin(16/6/2025).
Kerusakan paling parah tercatat di segmen Matutin hingga Saketa, termasuk beberapa titik vital seperti jembatan Ake Sambiki dan Ake Risman yang semestinya mengalami perbaikan dan penguatan struktur.
Padahal, proyek ini mencakup pekerjaan menyeluruh, mulai dari rekonstruksi lapisan aspal, penguatan badan jalan, hingga normalisasi drainase. Namun fakta di lapangan justru menunjukkan lemahnya kontrol teknis dan dugaan adanya kompromi terhadap kualitas.
Masyarakat Gane barat kini angkat suara. Mereka menuntut agar Gubernur Maluku Utara, Sherly Sarbin, segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Dinas PUPR Provinsi, yang dianggap lalai dalam pengawasan proyek strategis tersebut.
Jalan ini bukan hanya rusak, tapi berpotensi membahayakan nyawa. Kami butuh jalan, bukan jebakan. Jangan tunggu ada korban baru pemerintah bergerak!” kata warga dengan nada geram.
Pak Amon menambahkan, hingga kini tidak ada kejelasan atau tanggapan resmi dari Dinas PUPR Maluku Utara maupun BPJN Malut terkait kondisi jalan yang semakin memburuk. Situasi ini kian memantik kecurigaan masyarakat terhadap kemungkinan adanya praktik pembiaran, pengawasan fiktif, bahkan dugaan penyimpangan anggaran. Masyarakat sipil kini mendesak agar proyek ini segera diaudit secara menyeluruh baik teknis maupun keuangan oleh, lembaga independen
Penulis Kaisar Hamid
Editor Redaksi MakianoPost